Pages

Selasa, 30 Oktober 2012

Kalimat Efektif dan Paragraf

Pengertian kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga isi atau  maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.

Syarat-syarat kalimat efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara / penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar / pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Pengertian paragraf atau alinea
Paragraf atau alinea merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan. Dalam satu paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu gagasan. Panjang pendeknya suatu paragraf dapat menjadi penentu seberapa banyak ide pokok paragraf yang dapat diungkapkan.

Syarat-syarat paragraf(alinea)
A. Kesatuan 
Tiap alinea hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi alinea adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alinea dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alinea itu tidak telepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

B.Koherensi 
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alinea. Alinea yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disediakan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alinea akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika) urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alinea, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.

Unsur-unsur paragraf
1. Topik/ tema/ gagasan utama/ gagasan inti/ pokok pikiran

2. Kalimat utama atau pikiran utama yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Gagasan atau pikiran utama itu dapat dikembangkan ke dalam kalimat. Kalimat yang mengandung pikiran utama disebut kalimat utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, di akhir paragraf maupun diawal dan diakhir paragraf.

3. Kalimat penjelas gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utama. Gasasan penjelas biasanya dinyatakan ke dalam beberapa kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.

4. Judul (kepala karangan).

Syarat suatu judul
a. Provokatif (menarik)
b. Berbentuk frase
c. Relevan (sesuai dengan isi)
d. Logis
e. Spesifik

Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokok, alinea terbagi dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
1. Deduktif: kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada awal alinea.
2. Induktif: kalimat utama atau ide pokok diletakkan pada akhir alinea.
3. Variatif: kalimat utama diletakkan pada awal dan diulang pada akhir alinea.
4. Deskriptif atau naratif: kalimat utama termuat dalam seluruh alinea.


Macam - macam paragraf (alinea)
A. Eksposisi: berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
B. Argumentasi: bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.

C. Deskripsi: berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.

D. Persuasi: karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.

E. Narasi: karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.


a. Paragraf berdasarkan tujuannya
1). Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

2). Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.

3). Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.


b. Paragraf berdasarkan letak kalimat utama
1). Paragraf deduktif :
  •  letak kalimat utamanya di awal paragraf
  •  dimulai dengan pernyataan umum disusun dengan uraian atau penjelasan khusus
2). Paragraf induktif
  • letak kalimat utamanya di akhir paragraf
  • diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
3). Paragraf campuran
  • kalimat utamanya diawali dan diakhir paragraf
  • kalimat utama yang terletak diakhir bersifat penegasan kembali

c. Paragraf berdasarkan isi


1). Paragraf deskripsi

Kalimat utama tidak tercantum secara nyata, tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.

2). Paragraf proses

Dalam paragraf proses tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utama tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi : waktu, ruang, klimaks, anti klimaks.

3). Paragraf efektif

Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik, paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.


Referensi

Selasa, 23 Oktober 2012

KALIMAT


Pengertian Kalimat
Berikut ini ada beberapa pengertian  yang dikemukakan oleh para ahli tentang arti kalimat:
ü  Cook, 1971;Elson dan Picket, 1969
Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri-dari ataus klausa.
ü  Bloomfield, 1955
Kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.
ü  Bloomfield, Hockett (1985)
Kalimat sebagai suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen, suatu bentuk gramatikal  yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain.
ü  Lado (1968)
mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.
ü  Sutan Takdir Alisyahbana (1978)
Mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap.
ü  Ramlan (1996)
Mengatakan bahwa Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang diserta nada akhir turun atau naik.

Menurut pendapat saya kalimat merupakan kumpulan dari beberapa kata yang menghasilkan suatu pikiran yang lengkap. Kalimat terdiri dari berbagai unsur seperti subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sebuah kalimat dikatakan sempurna bila memiliki minimal dua unsur, yaitu subyek dan predikat.

Unsur-unsur Kalimat Berdasarkan Fungsi:
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat itu lebih sering kita dengar dan disingkat SPOK :
- (S) itu, Subjek / Subyek
– (P) itu,Predikat 
– (O) itu, Objek / Obyek 
– (K) itu,Keterangan
Berikut ini adalah contoh kalimat yang mengandung unsur SPOK :
Adik bermain sepeda di halaman rumah.
  S          P          O                 K

                                                   
Pola Dasar Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
contoh: Mawar sedang bermain.
2. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba transitif, dan Objek berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh: Mereka sedang menyusun karangan bunga.
3. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat  dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Contoh: Kakek beternak sapi.
4. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.  Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, dan Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Contoh: Dia mengirimi saya surat.
5. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh: Saya berasal dari Solo.
6. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nomina, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek berupa nomina atau frasa nominal, dan Keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh: Adik memasukkan pakaian ke dalam lemari.

Macam-Macam Kalimat
1. Berdasarkan Nilai informasinya (sasaran atau tujuan yang akan di capai)
a. Kalimat berita : suatu bentuk kalimat yang menyatakan suatu pernyataan berita atau peristiwa yang perlu diketahui sendiri atau orang lain.
Contoh : 
Pemerintah menunda kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM diikuti oleh kenaikan harga kebutuhan pokok.
Demo kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh mahasiswa di beberapa daerah mengakibatkan kerusakan beberapa fasilitas umum.

b. Kalimat Tanya : suatu bentuk susunan kalimat yang sebenarnya belum lengkap dikarenakan kalimat tersebut memerlukan suatu jawaban sebagai bagian dari kalimat yang dimaksud.
Contoh :
Kapan akan dilaksanakan pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017?
Siapakah pemenang Indonesian Idol tahun 2012?
Apakah perbedaan pertamax dengan premium?

c. Kalimat Perintah : merupakan bentuk susunan kalimat yang menyatakan perintah atau suruhan yang harus dikerjakan oleh orang kedua dan hubungannya erat sekali. Berikut ini merupakan macam-macam kalimat perintah:
A.    Suruhan
Contoh : Buanglah sampah pada tempatnya.
B.     Permintaan
Contoh : Mohon untuk dating langsung ke kantor Sriwijaya Air untuk melakukan
penambahan biaya perubhan jadal penerbangan.
C.    Larangan 
Contoh: Jangan makan sambil berjalan.
D.    Kalimat ajakan : merupakan bentuk susunan kalimat yang sebenarnya juga merupakan kalimat perintah yang diperluas dan erat hubungannya dengan orang kedua.
Contoh:
·           Mari kita cegah bahaya penggunaan rokok bagi perokok pasif maupun aktif.
·           Ayo kita laksanakan program kebersihan lingkungan di desa ini.
E.     Kalimat pengandaian
Contoh : Andaikan saya memiliki banyak uang, saya ingin megajak Ibu saya naik haji.
F.     Kalimat harapan : kalimat yang isinya mengharap suatu hal.
Contoh : Semoga amal perbuatan beliau diterima disisi–Nya.

2. Berdasarkan diathesis kalimat
a.     Kalimat aktif (subyek melakukan perbuatan) : bentuk kalimat yang subyeknya melakukan pekerjaan  yang mengenai langsung terhadap obyeknya.
b.     Kalimat pasif : suatu bentuk kalimat yang mana subyeknya dari klimat tersebut menderita.
3. Berdasarkan urutan kata
a. Kalimat normal ( subyak mendahului predikat)
b. Kalimat inverse (prediakayt mendahului obyek)
4. berdasarkan jumlah inti yang menbentuknya
a. Kalimat minor (hanya mengadung stau inti)
b. Kalimat mayor (mengandung lebih dari satui inti)
5. Berdasarkan pola-pola dasar
a. Kalimat inti : kalimat yang terdiri dari inti subyek dak inti predikat.
b. Kalimat luas (peluasan dari kalimat inti)
c. Kalimat transformasi (peubahan dari Kalimat inti)
    Ciri-ciri kalimat ini :
    - Hanya terdiri dari dua kata
    - Dua kata ini sekaligus menjadi inti kalimat (kata pertama menduduki jabatan
      predikat)
    - Urutannya adalah subyek mendahului predikat

Selasa, 09 Oktober 2012

Ragam Bahasa


Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian yang bebeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicara.
Berikut ini merupakan hal –hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan ragam bahasa, yaitu :
  • Perbedaan wilayah, setiap daerah mempunyai perbedaan kultur atau daerah hidup yang berbeda seperti wilayah Jawa dan Kalimantan dan beberapa wilayah Indonesia lainnya.
  • Perbedaan demografi, setiap daerah memiliki dataran yang berbeda seperti wilayah di daerah pantai, pegunungan yang biasanya cenderung menggunakan bahasa yang singkat jelas dan dengan intonasi volume suara yang besar. Berbeda dengan pada pemukiman padat penduduk yang menggunakan bahasa lisan yang panjang lebar dikarenakan lokasinya yang saling berdekatan dengan intonasi volume suara yang kecil.
  • Perbedaan adat istiadat, setiap daerah mempunyai kebiasaan dan bahasa nenek moyang sendiri - sendiri dan berbeda - beda. Sebagai contoh ilustrasi berikut akan menggambarkan contoh simple adanya keragaman bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari – hari, yaitu ketika kita ke pasar para penjual di pasar tersebut berasal dari berbagai macam daerah, seperti Jawa, Batak, Jakarta, Papua dll. Cara mereka berbicara sangat berbeda dialeknya. Meskipun berbeda bahasa,  mereka semua saling mengerti satu sama yang lainnya dan saling menghormati.
Ragam bahasa berdasarkan media/sarana
  1. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh dari bahasa lisan “Jangan Parkir Disini”.
  1. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh dari bahasa tulis “Dilarang Parkir Di Tempat Ini”.

Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
  1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan /b/ pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, dll.
  1. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya bawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
  1. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Ragam bahasa menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian
Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan. Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik, berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi / perdagangan, olahraga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.
Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah kata / peristilahan / ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut, misalnya Masjid, Gereja, Vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang Agama. Kalimat yang digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan.

Referensi






Bahasa Indonesia


Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat kecap manusia. Bahasa dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam menyampaikan isi pikiran, gagasan, ide, konsep, dan perasaan kita.

Ciri– ciri Bahasa
Ciri – ciri dari bahasa yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat kecap manusia.

Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki banyak fungsi diantaranya :
  • digunakan untuk  menyatakan ekspresi diri, mengungkapkan isi dari perasaan seseorang
  •  digunakan sebagai alat komunikasi
  • digunakan untuk berintegrasi atau penyatuan dan adaptasi sosial
  • sebagai alat komunikasi kontrol sosial

Fungsi bahasa dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan, yaitu :
  • Fungsi Personal atau Pribadi, bahasa dapat berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyatakan sikap melalui yang kita ungkapkan dengan memperlihatkan emosi kita sewaktu mengungkapkannya, apakah kita marah, sedih, ataupun gembira.
  • Fungsi Direktif, fungsi direktif dalam bahasa bertujuan untuk mengatur tingkah laku pendengar, dan membuat si pendengar melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang kita inginkan.
  • Fungsi Fatik, bahasa berfungsi untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan persahabatan, dan rasa solidaritas antara pembicara dengan pendengar. Contohnya seperti ungkapan-ungkapan pada waktu pamit, berjumpa, termasuk menanyakan keadaan seseorang, dan ungkapan ini akan mempunyai makna jika disertai dengan unsur paralinguistik seperti, senyuman, gerak-gerik tangan, kedipan mata, atau gelengan kepala.
  • Fungsi Referensial, bahasa sebagai fungsi diferensial maksudnya adalah untuk membicarakan sebuah objek atau peristiwa-peristiwa yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa merupakan sebuah alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan kita tentang dunia di sekelilingnya.
  • Fungsi Metalingual atau Metalinguistik, pada umumnya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah politik, ekonomi, hukum, budaya, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Namun dalam fungsi bahasa sebagai metalingual atau metalinguistik, bahasa berfungsi untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat dalam proses pembelajaran bahasa dimana, kaidah dan makna suatu bahasa juga dijelaskan dengan menggunakan bahasa.
  • Fungsi Imajinatif, bahasa selain untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang sebenarnya juga dapat digunakan  untuk mengungkapkan sesuatu yang bersifat imajinasi atau khayalan kita sendiri seperti puisi, cerita, atau dongeng. Biasanya digunakan sebagai suatu karya seni baik untuk kesenangan pribadi maupun pendengar.

Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia. Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.

Sejarah Bahasa Indonesia
Tahun 1901
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagaiHindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Tahun 1908
Pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat).
Tahun 1917
Taman Bacaan Rakyat diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Tanggal 16 Juni 1927
Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
Tanggal 28 Oktober 1928
Secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
Tahun 1933
Berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Tahun 1936
Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Tanggal 25-28 Juni 1938
Dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
Tanggal 18 Agustus 1945
Ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
Tanggal 19 Maret 1947
Diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
Tanggal 16 Agustus 1972
H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Tanggal 31 Agustus 1972
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Tanggal 21-26 November 1983
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
Tanggal 26-30 Oktober 1998
Diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Distribusi Geografis Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia dituturkan di seluruh Indonesia, walaupun lebih banyak digunakan di area perkotaan (seperti di Jakarta dengan dialek Betawi serta logat Betawi).Penggunaan bahasa di daerah biasanya lebih resmi, dan seringkali terselip dialek dan logat di daerah bahasa Indonesia itu dituturkan. Untuk berkomunikasi dengan sesama orang sedaerah kadang bahasa daerahlah yang digunakan sebagai pengganti untuk bahasa Indonesia.
Kedudukan Bahasa Indonesia
1.           Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional :
·         Bahasa Indonesia sebagai kebanggaan bangsa. Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia, yang telah menjadi dasar kebanggaan terhadap bangsa Indonesia itu sendiri. Bahasa Indonesia haruslah kita pelihara dan kita bina agar tetap menjadi lambang kebanggaan kita terhadap bangsa ini.
·         Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional.Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya apabila masyarakat Indonesia membina dan mengembangkan bahasa Indonesia dibandingkan dengan unsur-unsur bahasa yang lain.
·         Bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan antar warga, antar budaya, antar daerah.Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau mempunyai kebudayaan masing-masing begitu juga dengan aneka ragam bahsa tiap daerahnya. Namun perbedaan itu tidak menjadi hambatan bagi masyarakat Indonesia untuk saling berkomunikasi antar daerah, karena bahasa Indonesia telah menjadi bahasa penghubung bagi warga Indonesia.
2.           Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara:
·         Sebagai bahasa resmi kenegaraan. Bahasa Indonesaia digunakan dalam berbagai acara kenegaraan, peristiwa, upacara bendera, pidato kepresidenan, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, serta untuk penulisan dokumen, surat pemerintah dan sebagainya.
·         Bahasa sebagai pengantar dalam dunia pendidikan. Bahasa Indonesia digunakan sebagai media untuk berkomunikasi dalam dunia pendidikan, mulai dari tamn kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi.
·         Sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
·         Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Referensi :